Diferensiasi SUQMA Memasuki Pasar Modest Wear Indonesia

Diferensiasi SUQMA Memasuki Pasar Modest Wear Indonesia

Industri fashion muslim Indonesia yang terus berkembang, membuat peluang untuk masuk di bidang ini pun masih sangat besar. Suqma, sebuah brand modest fashion yang diciptakan sekitar 2 tahun lalu melalui e-commerce Muslimarket, kini menguatkan posisinya sebagai industrial modest fashion, yang menyasar pasar siap pakai yang berproduksi masal.

Berbeda dengan brand modest fashion lainnya yang lebih berakar pada nama desainer, atau industri rumahan, Suqma langsung memilih untuk mengambil ceruk pasar yang lebih luas, berbasis riset dan data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui potensi dan kecenderungan perempuan di seluruh daerah Indonesia terutama muslimah dalam membeli produk fashion.

Untuk itu, Suqma menggandeng PT Sri Rejeki Isman (SRITEX) yang dikenal sebagai the biggest integrated vertical textile yang sudah melayani kebutuhan pemain fashion ternama dari banyak negara di dunia. Dan seorang desainer muslim Indonesia, Jenahara Nasution sebagai Creative Director

Sejak awal, strategi Suqma adalah menyasar pasar muslimah Indonesia yang berada di daerah-daerah, yang belum terbanjiri oleh produk fashion muslim dari banyak brand. Meskipun kini baru memiliki tiga gerai di mal-mal Jakarta dan Surabaya, namun segera akan membuka beberapa gerai lagi di kota-kota lain di Indonesia, seperti Makasar yang akan dibuka dalam waktu dekat.


Pemahaman tentang market Indonesia ini juga membuat Suqma menggandeng Jenahara, sosok kuat di industri fashion muslim Indonesia. "Industri dengan pasar muslim ini besar sekali, dan unik, karena seleranya bervariasi. Bahkan orang luar negeri juga ingin berjualan di Indonesia. Dengan kelebihan yang kita miliki, kita berpikir bahwa kolaborasi bisa menjadi sesuatu yang besar dan menjanjikan. Kolaborasi antara retail dan desainer. Karena kita masuk pada fast fashion, yang masif", jelas Jenahara.

Suqma juga menekankan pada sinergi online dan offline. "Potensi pasar masih sangat besar, tapi penetrasi online masih sedikit, baru 5%. Sehingga Suqma tidak hanya mengandalkan online store, tetapi juga harus lebih banyak membuka toko, offline store di daerah-daerah supaya customer lebih aware, dan kita eksis di daerah tersebut, apalagi daerah-daerah tersebut menjadi market utama kita" ungkap Riel Tasmaya, CEO Suqma.

Riel juga menjelaskan brand statement dari Suqma, yaitu comfortable, stylish, versatile, dan affordable, dengan desain yang lebih bergaya universal, sehingga siapapun -perempuan Indonesia- bisa relate dengan brand ini dan mengenakan busana Suqma. Semua koleksinya akan sangat mudah dipadupadankan, dengan pilihan yang sangat banyak, dan koleksi yang cepat bergerak.


Acara peluncuran -kembali- Suqma diadakan beberapa hari lalu bertempat di Rumah Maroko, Menteng dengan mempersembahkan “A Private Moroccan Trunk Show”, menampilkan koleksi terbaru bertajuk “DJELLABA”. Koleksi kali ini terinspirasi dari pakaian tradisional masyarakat Maroko, yaitu pakaian panjang, longgar dan berlengan panjang yang dipakai di musim panas maupun musim dingin. 

Selain itu, detil-detil yang terdapat pada koleksi ini juga terinsprasi oleh kekayaan seni dari negara Maroko yang dapat dijumpai pada lampu-lampu Maroko, teko teh, motif pada arsitekturnya, keramik, anyaman, serta motif bordir pada karya seninya. Trunk show menampilkan 18 looks pilihan yang mengawali koleksi Moroko di penghujung tahun ini. 




See also:
-- Merayakan 90 Tahun Mickey Mouse di Panggung Jakarta Fashion Week -- Modest Fashion Highlights in 2016 (part 1) -- Jenahara Store, Titik Temu Desainer dan Ritel -- Menantang Desainer Menghasilkan Tampilan Kain Indonesia yang (Selalu) Baru --

Tags

please login to comment.

RELATED ARTICLES

Gaya Moroccan Pastel Kolaborasi Jovian Mandagie & Ria Miranda

Gaya Moroccan Pastel Kolaborasi Jovian Mandagie & Ria Miranda

READ MORE
Nusantara Fashion Festival 2020; Konsep Matang Perayaan Fashion Virtual Terbesar

Nusantara Fashion Festival 2020; Konsep Matang Perayaan Fashion Virtual Terbesar

READ MORE