Persembahan Indah Mahakarya Kebaya, Musik dan Visual dalam Merajut Nusantara

Persembahan Indah Mahakarya Kebaya, Musik dan Visual dalam Merajut Nusantara

Bila terdengar nada superlatif dalam judul tulisan ini, memang itulah kesan yang ingin saya bagikan untuk pergelaran tunggal Vera Kebaya, Merajut Nusantara yang diselenggarakan pada 15 Agustus 2018 lalu di Raffles Hotel Jakarta. Kebaya sendiri merupakan busana asli, yang sangat mewakili Indonesia dan dapat menjadi identitas budaya kita sampai kapanpun. Dan kita cukup berbagga masih banyak sekali anak bangsa yang berdedikasi dalam menciptakan kreasi busana kebaya, tak putus mengingatkan kearifan lokal melalui kebaya. 

Vera Kebaya bukan nama yang baru dalam dunia ini, bahkan nama ini telah menjadi trademark, sebuah 'brand' yang terpercaya dalam menciptakan busana-busana kebaya cantik dan memukau. Vera Anggraini, sang desainer membesarkan brand ini dengan dedikasi, jam terbang yang tinggi, dan kemauan untuk selalu mengeksplorasi kebudayaan Indonesia, terutama dalam kekayaan fashion dan wastra. Namun dengan kebesaran namanya ini, Vera merupakan sosok yang sangat rendah hati, yang selalu menempatkan dirinya sebagai 'murid'. 

Secara keahlian dan kompetensi, Vera Anggraini sudah lebih dari mumpuni untuk mempresentasikan kreasi kebaya-kebayanya dan diapresiasi oleh masyarakat luas. Tetapi selama beberapa tahun, Vera masih belum cukup percaya diri untuk menyelenggarakan sebuah pergelaran tunggal, yang bagi seorang desainer bisa menjadi sebuah bentuk eksistensi dan persembahan bagi masyarakat yang lebih luas. Beruntung Vera dikelilingi oleh banyak orang yang sangat mendukung, sekaligus kompeten, sehingga terwujudlah show tunggal pertamanya ini, yang sekaligus menandakan 16 tahun Vera Kebaya berdiri.


Bukan show biasa, tetapi harus menjadi sesuatu yang istimewa dan layak untuk dikenang sepanjang masa. Ini yang saya implikasikan dari pernyataan beberapa pendukung utama show ini.  Pernyataan ini tidak diartikan sebagai ambisi, melainkan mencerminkan keinginan Vera untuk bisa mempersembahkan hanya yang terbaik, yang dihasilkan dari kerja luar biasa dan maksimal. Dan bukan sebagai show of force, melainkan bagaimana menyebarkan inspirasi yang melekat pada masyarakat luas. 

Vera sendiri mengatakan, peragaan ini ingin benar-benar menampilkan keindahan dan kemegahan budaya Indonesia, bukan hanya dari busana tradisional kreasinya, tetapi juga melalui keindahan visual, musik dan tari, yang semuanya berasal dari talenta-talenta terbaik di bidangnya. Ada Darwis Triadi yang menangani konten visual dan fotografi dan Djaduk Ferianto yang menciptakan musik pendukung pertunjukan. 

Bagi Djaduk, pertunjukan ini bukan pergelaran fashion biasa. Ini merupakan pertama kalinya ia berpartisipasi dalam pergelaran seorang desainer fashion, setelah sebelumnya banyak permintaan serupa yang ia tolak. Djaduk menjelaskan, "Saya melihat hal besar yang menarik pada perjalanan Vera Kebaya. Ada semangat yang sama. Sebuah investasi kultural, bagaimana kebaya diolah dengan interpretasi baru, sama seperti apa yang saya kerjakan dengan grup musik saya, Kua Etnika. Ini menjadi kontribusi untuk menebarkan nilai-nilai keIndonesiaan, terutama di tahun-tahun politik seperti ini. Sebuah usaha yang saya lihat nilainya cukup tinggi"

Lebih lanjut, Djaduk memberikan impresinya yang tinggi terhadap bagaimana pertunjukan 'Merajut Nusantara' ini benar-benar menjadi sesuatu yang sangat bernilai. Di balik Vera Kebaya, banyak sekali ibu-ibu yang terlibat dalam proses budaya, proses seni. Melalui kreativitasnya, pertunjukan ini menjadi ujung tombak, karena selama ini produk seni selalu ditampilkan sebagai 'ban serep', dibalik arus utama pembangunan seperti ekonomi, politik dan lain-lain. Show ini menjadi bukti konkrit, bahwa para pelaku kreatif, memberikan kontribusinya secara signifikan melalui jalur seni. 


Djaduk menciptakan kreasi musik etnik modern, yang dipadu dengan sentuhan jazz sepanjang pertunjukan, yang berakar dari musik-musik tradisional beberapa daerah di Indonesia. Dibuka dengan penampilan penyanyi keroncong Soendari Soekotjo dan Indah Soekotjo, ambiance seni yang sangat Indonesia begitu melekat.

Selain mengusung maestro dalam bidang musik dan fotografi, pergelaran ini juga menjadi kolaborasi nama-nama terbaik dalam bidang rias pengantin dan pakem adat, karena Vera memang menyiapkan koleksi kebaya pengantin dari berbagai daerah di Indonesia. Ada Mamie Hardo sebagai penasihat pakem Jawa, Ibu Des Iskandar sebagai penasihat pakem Sumatera Selatan dan Minang, serta sederet nama lain seperti Ibu Tarri Donolobo, Ibu Ida Zairinita, Ibu Aseng, Ibu Mumun, Ibu Kadek, Ibu Tio Gobel, Ibu Ira Boy Rafli, Ibu Ida Barus, Ibu Cut Marlen, Ibu Ida, Ibu Yuli, Sanggar Karina dan Mahkota Sriwijaya. 

40 set kebaya pengantin Indah dibawakan oleh para model, yang dibagi dalam 3 sekuen, 'Khatulistiwa' menampilkan 13 kebaya dari Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. 12 kebaya dari Jawa hingga Bali bertajuk Jawa Dwipa, dan Swarnadwipa, koleksi 15 kebaya adat dari Sumatra.  

Seperti yang dituturkan dalam pembuka show, Vera ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan adat budaya yang beragam, salah satunya adalah tradisi dalam upacara pernikahan yang sangat kental dengan keindahan dan kesakralan. Sebuah kekayaan budaya yang seharusnya selalu menjadi pengingat kita untuk menjaga dan merawat kenusantaraan kita. 




(foto-foto: Kirani Komunikasi)

See also:
-- 20 Tahun Selasar Sunaryo Art Space -- Ekspresi 'OPERASI' dari Rachman Muchamad -- FashionArt untuk Jakarta Fashion Trend 2022 -- Mengekspos Batik dalam Sepotong Busana; Part One Edward Hutabarat --

Tags

please login to comment.

RELATED ARTICLES

Menuju Lebih dari 'Sekedar' Tata Busana

Menuju Lebih dari 'Sekedar' Tata Busana

READ MORE
Sosok Wanita Penting dalam Instalasi Art-Fashion L.tru

Sosok Wanita Penting dalam Instalasi Art-Fashion L.tru

Sebuah instalasi art-fashion ditampilkan label busana muslim L.tru dalam ajang MOCAfest 2016

READ MORE