Menuju Lebih dari 'Sekedar' Tata Busana

Menuju Lebih dari 'Sekedar' Tata Busana

Istilah ‘tata busana’ pada dasarnya mengacu pada sebuah bidang keilmuan yang mempelajari bagaimana cara memilih, mengatur, dan memperbaiki sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah. Implementasinya, bidang tata busana juga mencakup keahlian membuat busana. Istilah ini sejak dulu adalah ranah eksklusif hanya ‘milik’ SMK. Saya masih ingat sewaktu kecil dulu sering mengintip buku/modul tata busana milik seorang kerabat orangtua, yang isinya seperti buku pelajaran menjahit -mengukur, membuat pola, memotong pola, menjahit pola, dan seterusnya-  dan juga padu padan busana. 

Istilah tata busana selain di SMK masih digunakan dalam ranah produksi film atau pertunjukan lainnya. Penata busana merujuk pada mereka yang bertanggungjawab untuk menentukan dan mengurus keseluruhan wardrobe pemain film tersebut. 

Bahkan dalam dunia fashion kini, tata busana seolah menjadi ‘istilah’ yang asing, dan ketinggalan jaman. Keahlian tata busana masih samar, merujuk pada bidang mode yang mana? Desain, styling, atau sekedar membuat baju? Padahal lulusan SMK tata busana diharapkan bisa menjadi angkatan kerja yang memiliki keahlian untuk mengisi kebutuhan dunia fashion yang perkembangannya sangat cepat dan dinamis. 

   

Tetapi, bila melihat pada kurikulum SMK Tata Busana, kompetensi yang diharapkan adalah ‘hanya’ sampai pada membuat baju. Mata kompetensinya antara lain (kurang lebih) dasar teknologi menjahit, dasar pola, desain, pembuatan busana industri dan busana custom made. Materinya kurikulumnya pun masih sama dari dulu, dan cenderung tidak ada penyesuaian, kecuali beberapa sekolah yang berinisiatif membuat penyesuaian sendiri.

Padahal industri mode kini menawarkan jauh lebih luas dibanding hanya ‘memproduksi’ baju, domain  yang biasanya dilakukan oleh industri garmen. Dan sebenarnya keahlian lulusan SMK jurusan Tata Busana sangat berpotensi mengisi kebutuhan sumber daya dunia mode. 

Meskipun belum menyentuh ke akar untuk membedah kurikulum SMK hingga meninjau istilah jurusan ini, tetapi sebenarnya pemerintah sudah memiliki basis melalui Instruksi Presiden tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas SDM Indonesia. Arahnya, sistem pendidikan dan pelatihan vokasi saat ini diarahkan pada demand driven sehingga materi pembelajaran, praktik kerja, pengujian dapat sesuai dengan permintaan dunia usaha dan industri terkait. 


Baru-baru ini, salah satu SMK bidang tata busana di Indonesia yaitu SMK NU Banat Kudus berhasil menorehkan prestasi internasional pada acara ‘Center Stage Asia’s Fashion Spotlight di Hongkong. Keberhasilan SMK NU Banat ini tak lepas dari kolaborasi dengan Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan PT Ditali Cipta Kreatif yang telah membina siswi-siswi SMK tersebut untuk menghasilkan karya yang menampilkan identitas nusantara di panggung dunia. 

Keberhasilan SMK NU Banat di ajang internasional ini membuktikan bahwa slogan ‘SMK Bisa!’ bukan sekedar slogan. Dengan pola pendidikan yang tepat, kurikulum yang sesuai, peningkatan mutu tenaga pendidik, serta ditunjang oleh infrastruktur dan fasilitas pendidikan yang memadai, SMK mampu bersaing dalam menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang fashion.

Untuk mewujudkan hal tersebut dan menularkan semangat yang sama pada SMK lainnya, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia melalui Direktorat Pembinaan SMK menyelenggarakan ‘Workshop Revitalisasi SMK Tata Busana, Menuju SMK Go Internatioanal’ pada tanggal 16-18 November 2016 di Kudus, Jawa Tengah.


Workshop ini diikuti oleh para pendidik atau guru-guru SMK jurusan Tata Busana dari 130 SMK di seluruh Indonesia. Sejumlah narasumber dan mentor yang merupakan praktisi berpengalaman di industri fashion, antara lain Ali Kharisma, Sofie, Dina Midiani, Deden Siswanto, Lisa Fitria dan Taruna K Kusmayadi memberikan ragam materi tentang basic desain dan style, pengembangan konsep dan desain, Indonesia Trend Forecasting, serta praktik dalam menyusun koleksi rancangan. Para peserta workshop juga berkesempatan untuk mengunjungi SMK NU Banat Kudus. 

Workshop intensif ini cukup memberikan bekal praktis dan inspiratif bagi para pendidik SMK jurusan Tata Busana untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas pendidikan yang selaras dengan kebutuhan industri fashion. Yang cukup mengemuka dalam workshop tersebut, bahwa insdustri fashion kini sangat dinamis dan sangat mengikuti trend, sehingga konteks dan konten pembelajaran pun harus kekinian, dan mengikuti perkembangan. Tidak bisa hanya mengandalkan materi yang tercantum pada kurikulum selama ini. Siswa-siswi SMK adalah anak-anak muda, remaja yang digital & internet minded, sehingga para pendidik pun harus ikut beradaptasi dengan dunia ini. 


See also:
-- Meningkatkan Kompetensi SMK Tata Busana untuk Menjawab Tantangan Industri Fashion -- Menanti Zelmira menjadi Merek Modest Fashion Internasional -- Menuju Lebih dari 'Sekedar' Tata Busana -- SMK Kecil di Pinggir Kudus yang Berprestasi Hingga Tingkat Internasional --

Tags

please login to comment.

RELATED ARTICLES

Emansifashion, Disruptive Fashion Show di Pasar Lama Tangerang

Emansifashion, Disruptive Fashion Show di Pasar Lama Tangerang

READ MORE
Bukan 'Baju Lebaran', Koleksi Desainer yang Baru Rilis di Bulan Ramadhan ini

Bukan 'Baju Lebaran', Koleksi Desainer yang Baru Rilis di Bulan Ramadhan ini

READ MORE