MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI

Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia yang digelar dua tahunan ini hadir kembali di Galeri Nasional Indonesia

MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI

Karya Ajar Ardianto_Tribute to Attribute_2020


Galeri Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kembali menggelar Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO. Pameran ini diinisiasi dan digelar oleh Galeri Nasional Indonesia secara konsisten setiap dua tahun sekali. MANIFESTO kali ini hadir sebagai gelaran ke-8 dengan mengangkat tajuk TRANSPOSISI. 

Pameran MANIFESTO diselenggarakan pertama kali pada tahun 2008 dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Berlanjut MANIFESTO kedua “Percakapan Masa” (2010), MANIFESTO #3 “ORDE dan KONFLIK” (2012), MANIFESTO No.4 “Keseharian” (2014), MANIFESTO V “ARUS” (2016), MANIFESTO 6.0 “MULTIPOLAR: Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi” (2018), MANIFESTO VII “PANDEMI”, dan sekarang MANIFESTO VIII “TRANSPOSISI”. Tujuan dari MANIFESTO sendiri adalah untuk memetakan perkembangan seni rupa di Indonesia, yang kemudian diwujudkan sebagai manifesto atau pernyataan sikap dalam ekspresi seni rupa. Penyelenggaraan MANIFESTO tahun ini berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, khususnya terkait dengan lokasi pameran yang kali ini bertempat di Galeri Nasional Indonesia (GNI) dan gedung bersejarah STOVIA (kini disebut Museum Kebangkitan Nasional), Jakarta. Relasi kedua lokasi itu menyegarkan kembali gagasan awal penyelenggaraan Pameran MANIFESTO kali pertama (2008) sebagai peringatan momen satu abad gerakan Kebangkitan Nasional Indonesia (sejak 1908). 

Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO VIII “TRANSPOSISI” dikuratori oleh Rizki A. Zaelani, Suwarno Wisetrotomo, Citra Smara Dewi, dan Teguh Margono. Diungkap Rizki, Pameran MANIFESTO terus menegaskan dua hal penting, bahwa perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia kini telah mengembangkan model apresiasi publik terhadap ekspresi karya-karya seni rupa yang dipresentasikan di ruang-ruang publik (termasuk gedung STOVIA yang kini dijadikan museum kesejarahan). Gagasan penciptaan karya-karya seni rupa kontemporer Indonesia pun, pada umumnya, tetap menjadi khas dan signifikan karena selalu menghubungkan dinamika kemajuan masyarakat kontemporer kini dengan landasan pembelaan sikap-sikap kebangsaan.

Sedangkan “TRANSPOSISI” sebagai tema kerja kurasi maupun judul pameran ini lebih dari sekadar undangan bagi para seniman untuk menentukan posisi dan peran kerja penciptaan seni mereka yang baru (atau sekadar “reposisi”). Tema “TRANSPOSISI” terutama menganggap penting upaya pengetahuan dan kesadaran para seniman untuk terus memeriksa kamus gagasan serta tindakan penciptaan seni yang sebelumnya telah dikerjakan masing-masing seniman untuk menciptakan lokasi peran seni yang terbarukan. “Pendek kata, pameran ini memanfaatkan gagasan ‘TRANSPOSISI’ sebagai kemungkinan cara untuk terus menemukan atau menciptakan bentuk-bentuk yang hidup dari ekspresi perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, kini dan masa kemudian,” kata Rizki.

Menurut Suwarno, “Pameran MANIFESTO VIII ‘TRANSPOSISI’ memiliki arti penting bagi; pertama, jagad wacana dan praktik seni rupa di Indonesia karena menghadirkan seniman dan karya seni melalui proses kurasi yang tajam di bawah bingkai keindonesiaan, kebangsaan, serta keseharian; kedua, seniman berada dalam tantangan untuk mengelaborasi ide-ide kurasi yang terus bergerak seiring dengan isu-isu aktual dan kontekstual dalam karya seni visual; dan ketiga, publik seni maupun masyarakat luas dapat menyaksikan sekaligus mengonfirmasi perkembangan wacana dan praktik seni mutakhir.”

Karya Julianus (Yulianus Yaps)_Garis-Garis Melodi (Melody Lines)_2022


“Berbagai dinamika, perubahan, peralihan, hingga ‘turbulensi’ dalam proses berkesenian para perupa menjadi pertaruhan pada pameran MANIFESTO VIII kali ini. Sinergitas antara seni, sains, dan teknologi yang saling berkelindan dengan mengusung tema-tema masa lalu, masa kini, dan masa mendatang membawa imajinasi, persepsi, dan interpretasi publik tentang konsep kebangsaan melalui karya seni rupa kontemporer,” kata Citra.

Pameran Manifesto VIII “TRANSPOSISI” menampilkan karya 108 perupa Indonesia (perorangan dan kelompok), masing-masing menyuguhkan 108 karya yang dipilih berdasarkan hasil seleksi kurasi karya-karya dari 613 calon peserta yang mengajukan melalui undangan terbuka (open call). Karya-karya tersebut berupa lukisan, grafis, drawing, mural, patung, instalasi, found object, kolase, kriya tekstil, fotografi, seni digital, video art, animasi, video mapping, dan virtual reality.

Karya-karya yang dipamerkan, menurut Rizki, menunjukkan jenis dan karakter medium ekspresi yang beraneka. Bentuk dan ukuran karya-karya bervariasi: ukuran maksimal dengan sifatnya yang ekspansif atau instalatif, atau ukuran minimal yang justru memilih karakter ekspresi yang lebih intim. “Ada tiga catatan penting dalam watak medium ekspresi: pertama, adanya kecenderungan intensifikasi pengolahan medium-medium ekspresi yang bersifat konvensional (dari gambar, lukisan, atau patung); kedua, adanya jenis eksplorasi dan perluasan karakter medium ekspresi dari gabungan berbagi material, objek, atau benda yang termanifestasikan sebagai kesatuan gagasan; dan ketiga, adanya penggabungan atau interaksi antara medium karya yang bersifat aktual dengan karya digital yang bersifat virtual,” jelasnya.

Karya I Ketut Putrayasa_Sisyphus Game_2020


Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto berharap, “Melalui Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO VIII ‘TRANSPOSISI’, diharapkan para perupa memiliki kepekaan yang tajam untuk membuat seni rupa memiliki posisi dan peran krusial yang mampu berkontribusi positif dalam kehidupan masyarakat dan mendorong kemajuan zaman.” “Semoga karya-karya dalam pameran ini juga mampu menggugah para apresiator untuk turut mendukung perkembangan dan kemajuan seni rupa serta berkontribusi bagi masa depan Indonesia,” tuturnya.

Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO VIII “TRANSPOSISI” dapat dikunjungi publik mulai 27 Juli hingga 26 Agustus 2022. Pameran ini digelar di dua tempat: di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, buka setiap hari (kecuali hari libur nasional), pukul 10.00-19.00 WIB, registrasi di situs web https://gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami; dan di Museum Kebangkitan Nasional, buka hari Selasa-Minggu (kecuali hari libur nasional), pukul 08.00-16.00 WIB, registrasi di situs web https://muskitnas.net/. Selain digelar secara luring, publik juga akan bisa mengakses 360 pameran ini di situs web https://gni.kemdikbud.go.id/ 


PERUPA PESER2TA

Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia

MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI



Abdurrohman Wahid

26.

Diwarupa iNyoman

51.

Lanö art project (Kemalezedine, Valasara, Upadana)


Achmad Krisgatha

27.

Egga Jaya

52.

Lenny Ratnasari Weichert


Ade Dhinus

28.

Eldwin Pradipta

53.

Linda Nursanti


Ade Kurniawan

29.

Evi Pangestu

54.

Lutfi Yanuar


Agung Fitriana

30.

Feriendas

55.

M. Aidi Yupri


Agus Ramantha

31.

Friski Jayantoro

56.

Maharani Mancanagara


Aim Pranamantara

32.

Gabriel Aries Setiadi

57.

Meita Meilita


Ajar Ardianto

33.

Geugeut Pangestu Sukandawina

58.

Michael Binuko Sri Herawan


Aji Saka

34.

Gurat Art Project

59.

Muchamad Ivan


Alfis Noor

35.

I Gede Jaya Putra

60.

Muhammad Fajar Astrianto


Alif Edi Irmawan

36.

I Ketut Putrayasa

61.

Muhammad Ryan Nur Hidayatullah


Ananda Nur Syamsi

37.

I Komang Cahyanta

62.

Muksin Md


Anang Saptoto

38.

I Wayan Gede Suanda (Sayur)

63.

N. Rinaldy


Andis Rivai Pasaribu

39.

I Wayan Sujana Suklu

64.

Nadya Ajeng Ayu Setiyawan


Ar. Soedarto

40.

Ida Bagus Candra Yana

65.

Nandang Gumelar Wahyudi (Nandanggawe)


Argus FS

41.

Iendlovebadillust

66.

Nasirun


Ari Wuryanto

42.

Imam Sucahyo

67.

Naufal Imaduddin


Arwin Hidayat

43.

Iwan Sri Hartoko

68.

Ni Luh Gede Widiyani


Ary Okta

44.

Izal Batubara

69.

Nita Azhar


Arya Sudrajat

45.

Jantan Putra Bangsa

70.

Nurrachmat Widyasena


Asep Saepuloh

46.

Julianus/Yulianus Yaps

71.

Oco Santoso


Azis Muchalik (ichal key)

47.

KaNA Fuddy Prakoso

72.

Prabu Perdana


Bambang Pramudiyanto

48.

Karina Roosvita Indirasari, Leia Rossa Amidala, & Ahsoka Padmerosa Shaak-Ti

73.

Prewangan Studio


Dea Widya & Kelvin Djuniadi

49.

Kartika Oktorina (Kae)

74.

R. Bonar “kinky twenty” Diat Senan Putro


Dedy Suherdi

50.

Laila Tifah

75.

Rakhmi Fitriani



76.

Rangga Purbaya, Sirin Farid Stevy, Debby Gea, & Kurniawan Pujianto

88.

Shaveera Putri Jinan

100.

Wachyu Putra Pembayun

77.

Razan Wirjosandjojo

89.

Subandi Giyanto

101.

Wanda Listiani

78.

Restu Taufik Akbar

90.

Sujiyanto

102.

Wibi Wardhani

79.

Ridwansyah Koeswara

91.

Suvi Wahyudianto

103.

Wildan Febry Akbar

80.

Ristiyanto Cahyo Wibowo

92.

Syahrizal Pahlevi

104.

Willy Himawan

81.

Rizal Misilu

93.

Syam Terrajana

105.

Windi Apriani

82.

Rizka Azizah Hayati

94.

Tato Kastareja

106.

Yayat Lesmana

83.

Rizky Dwi Eka Putra

95.

Teja Astawa

107.

Yulian Ardhi

84.

Robertus Joko Sulistyo

96.

Tiarma Dame Ruth Sirait

108.

Zaldy Armansyah

85.

Sandi Jaya Saputra

97.

Tjutju Widjaja



86.

Sapto Sugiyo

98.

Tri Pamuji Wikanto



87.

Sasya Tranggono

99.

Utami Dewi Godjali




See also:
-- Kapten John, Dari Lukisan Sutra ke Mural -- Lukisan Tentang Fragmentasi Idealisme Karya Muhammad Yakin Menangkan UOB Painting of the Year 2024 -- Kesegaran Art Jakarta Gardens 2022 -- MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI --

Tags

please login to comment.

RELATED ARTICLES

FKY, Pesta Seni Orang (Muda) Jogja

FKY, Pesta Seni Orang (Muda) Jogja

READ MORE
Me and My Monkey Mind, Enter Your Peaceful Mind

Me and My Monkey Mind, Enter Your Peaceful Mind

READ MORE