Architecture of Cloth; Memahami Kesempurnaan Karya Auguste Soesastro

Architecture of Cloth; Memahami Kesempurnaan Karya Auguste Soesastro

Auguste Soesastro dikenal sebagai seorang desainer couture yang selalu menghasilkan busana dengan garis desain yang bersih (clean look), tanpa atau minim ornamentasi dan sangat sempurna dalam siluet 'sederhana'nya. Auguste's perfection, demikian saya selalu menyebut tiap koleksinya yang diperagakan di beberapa runway.

Selain itu, Auguste dan rancangannya tidak banyak diketahui orang. Koleksinya terasa sangat eksklusif, dan sang desainer pun tidak banyak -bahkan sangat jarang- berbagi dan bercerita di ruang publik, lebih-lebih di sosial media.


Tetapi minggu lalu, pertengahan bulan September 2016, Auguste mengadakan pameran tunggal yang berjudul 'Architecture of Cloth', di Dia.lo.gue Kemang, Jakarta Selatan. Pameran ini seolah menjadi sarana bagi sang desainer untuk membuka diri seluas-luasnya bagi publik, untuk mengetahui lebih banyak karya sang desainer yang mempunyai latar belakang sebagai arsitek, dan juga membedah bagaimana 'rumitnya' proses yang ia jalani dalam pekerjaannya.

Pameran tunggalnya yang pertama ini mendemonstrasikan rancangan Auguste Soesastro yang bersahaja namun sangat kompleks, seperti sebuah pendulum yang berayun antara olah jahitan, seni rupa dan arsitektur. Setiap khasanah karya mengandung kerja penelitian yang spesifik atas bagaimana setiap potongan dicocokkan dengan bentuk tubuh manusia -entah itu untuk mempertajam bentuk atau untuk menciptakan kehampaan, seperti perwujudan 'ma' dalam filsafat jepang.



Karya-karya pameran kali ini dibagi menjadi 3 area yang menandakan 3 sub bidang penelitian; Formation, Fragmentation dan Reduction. "Formation -new ways to build-", seksi ini mewakili ide-ide original Auguste, yang menjadi basis dari karakter rancangnya. Perhatian pada posisi jahitan menjadi fokus dan penelitian utamanya. Dalam setiap desainnya, Auguste selalu membuat pola jahitan yang berbeda dari konstruksi konvensional terutama pada jahitan pinggir, lengan dan bagian leher.

"Fragmentation - breaking down for better understanding", merupakan karya yang mendapat perhatian utama, dan yang dianggap sebagai karya seni oleh sang perancang. Untuk menghindari konstruksi literal, Auguste yang mengambil inspirasi dari berbagai objek arsitektur ini menerjemahkannya dengan fragmentasi panel-panel yang banyak dan rumit, yang kemudian disatukan sedemikian rupa dan membutuhkan waktu hingga ratusan jam untuk membuatnya. Metode konstruksi ini sangat terinspirasi dari Ralph Rucci, sang master coutourier dimana Auguste bekerja sewaktu di New York.

"Reduction - the search for purity-", mencerminkan usaha terus menerus untuk mengurangi residu material, terutama material mahal yang sering digunakan sang perancang. Pola selalu disesuaikan dengan lebar bahan, pengurangan jahitan dan detail yang tidak perlu, sehingga menghasilkan desain yang pure, mengalir. Metode konstruksi ini memerlukan presisi yang sempurna, karena ketidaksempurnaan sekecil apapun akan langsung terlihat. 





Pada pameran ini juga dihadirkan sketsa dan lukisan pendukung karya. Sebuah video dari Reuben Tourino dan seri fotografi dari Anastasia Darsono mendokumentasikan proses pembuatan karya seni busana ini. 

Menentang konstruksi pola konvensional, setiap pengerjaan karya tentu menuntut ketepatan penjahitan tangan dan kelinan demi mewujudkan detail yang paling kecil sekalipun, yang dihadirkan tanpa ornamentasi. Dengan mempertunjukkan karyanya seperti ini, ia memberikan kesempatan bagi pemirsa publik untuk lebih memahami proses pemikiran di balik setiap karya, untuk mengamati dari dekat detil-detil karya yang mudah terlewat saat menyaksikan pertunjukan fashion di runway.

Sembari mengagumi karya-karya yang dipamerkan beserta narasi singkat dan ilustrasi pola, kami berbincang dengan sang perancang yang memang berlatar belakang sebagai seorang arsitek ini. Berikut kutipan sebagian perbincangan kami;


Apa yang menjadi latar belakang mas Auguste mengadakan pameran Architecture of Cloth ini?

Berkali-kali orang bilang setelah melihat show saya, kemudian melihat secara langsung dari dekat, selalu komentarnya "wah, ternyata begini, ternyata polanya kompleks. Kalau di runway terlihatnya ya bersih, simpel aja, karena orang tidak tahu bahwa struktur pembuatannya seperti ini, finishing yang dilakukan pun luar dalam, akhirnya pemahaman tersebut hanya dinikmati oleh klien, yang membeli baju saya. Orang lain pada umumnya tidak pernah melihat dan mengetahui detail-detail itu. 

Apakah selalu serumit ini pembuatan pola dalam setiap desain?

Kurang lebih ya. Lebih banyak seperti yang ada di area 'formation' di pameran ini. Yang sudah tidak konvensional tapi juga tidak serumit yang ini. Yang rumit seperti di 'fragementation' juga ada, pernah saya tampilkan di runway, tapi kalau di runway ya hanya muncul sekian detik, dan kemudian ya sudah. Orang tidak akan sempat melihat detilnya. (Beberapa item yang dipamerkan adalah koleksi lama Auguste, tetapi khusus area Fragmentation, yang menampilkan arsiteksur pakaian yang sedemikian rumit, itu memang dibuat baru.)

Saya juga sebenarnya sering membuat koleksi yang intricate seperti ini, yang saya tampilkan di showroom. Tetapi kalau ada klien yang datang, mencoba dan suka, ya sudah dia beli. 

Koleksi mas Auguste biasanya lebih banyak siap pakai atau pesanan (made to order)?

Iya, sebagian besar klien saya itu made to order. Jadi kita diskusi bersama klien, kira-kira model seperti apa yang diinginkan, kemudian kita ukur, dan bahan apa yang dipilih. Ya proses busana made to order seperti biasanya. Tapi kalau koleksi yang dipamerkan ini, yang fragmentation, saya lebih kategorikan sebagai artwork. Artwork yang tetap wearable, jadi kalau ada yang beli, ya sudah saya lepas.

Siapa yang memberi pengaruh terbesar dalam gaya pattern making dan garis rancang mas Auguste?

Beda-beda ya, tetapi saya pernah kerja di New York dengan seorang desainer Amerika bernama Ralph Rucci, dan sampai sekarang pengaruhnya tetap ada. Karena memang saat itu saya pertama kali merasakan sekali bekerja pada seorang desainer yang hebat. Dia adalah seorang master of modern couture



Karya di pameran ini hampir semua berasal dari luar negeri, seperti wool dari Italy, linen, dan lain-lain. Apakah selalu membuat busana dengan material dari luar?

Sebagian besar materialnya masih dari luar negeri, tetapi tidak semua, karena banyak juga kain-kain tradisional yang dibawa klien. Tapi saya sebenarnya kadang agak takut membuat busana dengan kain tradisional, makanya saya jarang memotong kain tradisional. Sebenarnya banyak show saya dengan kain tradisional, terutama dengan CTI (Cita Tenun Indonesia) , selama dua tahun berturut-turut ini saya show dengan memakai kain tradisional.

Jadi kalau kain tradisional itu memang sulit ya, kainnya itu tidak sama, kemudian kain tenun itu tidak simetris kiri kanan. Karena tenun tangan ya, bagaimanapun memang proses pembuatannya itu kan manual dengan tangan, tergantung jangkauan tangan si pengrajin saat menenun dengan alat. Tarikannya itu tidak bisa 'even' seperti mesin. Patternnya juga, saat kita lihat terlihat simetris, tetapi begitu dilipat, tidak. Padahal kita, saya dalam desain itu sangat-sangat butuh simetri ini kan. Karena itu pengolahan atau saya membuat baju dengan kain tradisional jadi mahal. dan tidak semua orang bisa bayar.

Biasanya mas Auguste bekerja dengan kain tradisional apa ?

Tadi yang saya maksud si tenun ya. Tapi batik ada juga. Nah batik ini lebih horor lagi. karena motif batik ini kan seringkali geometris ya, baik catik cap maupun tulis. Tapi seringkali batik tulis. Motif geometri ini kan ada..pemetaannya ya. Sedangkan kain juga punya serat. Seringkali motif geometri dan serat ini tidak singkron, jadi kita bingung saat bikin pola, mau ikutin motifnya atau seratnya. serba salah, kerjaannya jadi banyak. 

Label mas Auguste kan ada 3, apa saja dan seperti apa bedanya?

Yang pertama label saya AugusteSoesastro, koleksi couture seperti yang bisa dilihat di pameran ini. Kemudian Kraton dan Kromo. Kalau Kraton itu lebih banyak made to order, ada juga yang ready-to-wear, tapi saya buat yang gayanya lebih keturunan tradisional tetapi juga bisa modern. Sedangkan Kromo itu yang full ready-to-wear


See also:
-- Barli Asmara dan Perannya di Segmen Modest Fashion -- Fashion Rhapsody, Persembahan Demi Bumi -- Inspirasi Gaya Clean, Effortless & Smart Styling dari L'tru -- Rani Hatta: The "Crossing" of Masculine-Feminine Looks in One Collection --

Tags

please login to comment.

RELATED ARTICLES

Kepemimpinan & Pemberdayaan Perempuan dalam Karya dan Kolaborasi Vivi Zubedi

Kepemimpinan & Pemberdayaan Perempuan dalam Karya dan Kolaborasi Vivi Zubedi

Kepemimpinan perempuan benar-benar dibutuhkan dan berkontribusi terhadap bagaimana masyarakat bisa bertahan di tengah pandemi.

READ MORE
#StrengthenLocalModest VIVIZUBEDI Perluas Pasar Ekspor Fashion Muslim

#StrengthenLocalModest VIVIZUBEDI Perluas Pasar Ekspor Fashion Muslim

Label modest fashion ini memperluas pasar internasional dengan membuka cabang penjualan di beberapa negara

READ MORE