Rinaldy A. Yunardi dan Inspirasi dari World of Wearable Art 2019
By ketupatkartini - Nov 12, 2019Tahun 2017 lalu, dunia fashion dan seni Indonesia bergembira dan bangga dengan sebuah pencapaian luar biasa; Rinaldy A. Yunardi menjadi pemenang dalam World of Wearable Art, kompetisi wearable art tingkat dunia yang bergengsi. Tidak hanya menjuarai satu kategori, Rinaldy membawa tiga piala kemenangan, sekaligus menjadi juara umum dalam event tersebut. Hingga saat itu, Rinaldy memang telah dikenal sebagai desainer aksesori ternama yang karyanya telah dikenal dan digunakan oleh beberapa selebritas internasional. Tetapi pada malam penghargaan saat itu, Rinaldy tidak dapat menghadirinya langsung di Wellington, Selandia Baru, sehingga diwakili oleh agensinya.
Kini, dua tahun setelahnya Rinaldy akhirnya berhasil diyakinkan dan didorong oleh Faye Liu sebagai publisist internasionalnya, untuk kembali memenuhi undangan keikutsertaan di kompetisi World of Wearable Art (WoW) 2019 (setelah sebelumnya ia merasa tidak ingin dan tidak percaya diri untuk kembali dalam kompetisi ini). Dan hasil yang luar biasa kembali diraihnya; Rinaldy sukses meraih tiga penghargaan. Namun kali ini, selain kategori Avant Garde Section yang kembali dianugerahkan kepadanya, Rinaldy juga menerima penghargaan untuk kategori berbeda dengan tahun 2017, yaitu International Awards: Asia. Kategori yang paling bergengsi, yaitu Supreme WoW Award yang Ia raih pada tahun 2017, juga kembali berhasil Ia pertahankan gelarnya.
Pengalaman dan penghargaan WoW ini, memberikan kesan emosional yang dalam bagi desainer yang akrab dipanggil YungYung ini. Apalagi, kali ini ia bisa langsung hadir di malam penghargaan dan merasakan sendiri perasaan campur aduk ketika menerima semua kemenangan tersebut.
Fokus World of Wearable Arts memang memberi panggung kompetisi para desainer dalam menciptakan karya dengan kreativitas tanpa batas, dan tetap mengedepankan nilai-nilai inovasi dan orisinalitas. Selain itu setiap karya diwajibkan terimplementasi dengan standar pengerjaan berkualitas tinggi dan mengedepankan nilai-nilai fungsional, serta menginspirasi.
Pada panggung kompetisi WoW 2019 ini, Rinaldy menghadirkan tema “Lady Warrior” yang persiapan koleksinya memakan waktu hingga 6 (enam) bulan. “Tema ini terinspirasi dari personalitas Ibu saya. Lady Warrior dihadirkan khusus untuk para perempuan yang selalu dituntut untuk menjadi sosok yang kuat, yang dapat menyelesaikan persoalan dan polemik sehari-hari, dengan mengandalkan kelembutan, ketenangan dan intelektualitas mereka,” kisah Rinaldy tentang tema yang Ia pilih.
Melalui Lady Warrior, Rinaldy juga secara implisit menyebarkan pesan untuk melestarikan lingkungan dengan menggunakan material kertas daur ulang. Dalam menjelaskan Lady Warrior, Rinaldy menggambarkan sosok wanita seperti kertas yang rapuh, mudah robek namun, ketika dipilin menjadi benang Ia justru menjadi pengikat yang menguatkan. Teknik memilin ini membutuhkan keterampilian yang didapat melalui belajar, dari tahap belajar itu diibaratkan bagaimana perempuan belajar untuk survive di dalam kehidupannya.
“Lady Warrior saya dedikasikan untuk para perempuan, terutama untuk para pencinta karya-karya saya, sekaligus apresiasi saya bagi mereka. Para perempuan yang tampil menjadi pemeran utama dalam berbagai aspek kehidupan,” tambahnya lagi.
Triawan Munaf sebagai kepala Badan Ekonomi Kreatif pada saat Rinaldy mengikuti kompetisi ini, mengatakan bahwa kemenangan Rinaldy ini bisa membawa inspirasi dan impact yang luar biasa bagi generasi muda di Indonesia, bahwa Indonesia bisa berprestasi di dunia internasional. Triawan berharap agar Rinaldy bisa menularkan keahlian dan kecakapan di bidang desain aksesori ini kepada anak-anak muda, calon desainer lainnya. "Kemenangan ini merupakan package luar biasa bagi Indoesia, karena kita perlu hal-hal yang membanggakan seperti ini untuk menyatukan masyarakat Indonesia. It gives us space to show our talent", lanjutnya.
Dalam sesi bincang dengan media tentang penghargaan yang baru saja diterimanya ini, Rinaldy lebih banyak menceritakan pergolakan emosional yang ia alami, betapa hal-hal besar seperti ini terasa overwhelming baginya. Ia merasa masih belum bisa mengalahkan dirinya sendiri, untuk mengikuti kompetisi yang pernah ia taklukkan, dua tahun lalu. Tapi ternyata, dunia mengakui karya luar biasanya. Rinaldy sama sekali tidak tampak sebagai seseorang yang telah 'menaklukkan' dunia seni dan aksesori, ia lebih bersemangat bercerita tentang batik yang ia gunakan saat malam penghargaan WoW, yang mendapat perhatian dan tanggapan besar dari para tamu di sana. Ia sangat berterima kasih kepada Era Soekamto yang memberikan bawahan batik memesona tersebut, dan ia merasa sangat bangga menggunakan beragam batik karya sesama desainer Indonesia yang benar-benar diapresiasi oleh setiap orang yang ia temui di luar negeri.
Ia tetap seorang YungYung yang selalu hangat dengan senyum sumringahnya, yang lebih senang menyapa dan bercanda dengan semua orang disekitarnya.
See also:
--
Kapten John, Dari Lukisan Sutra ke Mural --
Rinaldy A. Yunardi dan Inspirasi dari World of Wearable Art 2019 --
Me and My Monkey Mind, Enter Your Peaceful Mind --
Antagonisme dalam Narasi Agni Saraswati --