Menggulirkan Regenerasi Desainer Fashion Muslim Indonesia

Islamic Fashion Institute saat ini menjadi satu-satunya institusi pendidikan yang fokus dalam mencetak desainer-desainer fashion muslim baru.

Menggulirkan Regenerasi Desainer Fashion Muslim Indonesia

Beberapa tahun lalu Irna Mutiara, seorang desainer busana muslim senior pernah melontarkan tentang pentingnya penyusunan referensi mengenai fashion muslim di Indonesia. Mengingat kebangkitan mode muslim ini baru dimulai sekitar tahun 2007/2008, dan Indonesia dianggap sebagai negara dengan tren busana muslim terdepan -dan bervisi bersama menjadi pusat fashion muslim dunia pada 2020-, maka sudah semestinya Indonesia memiliki referensi yang baik dan komprehensif tentang fashion muslim. 

Disamping itu, industri fashion muslim yang masih sangat muda ini, belum ditunjang dengan habitat dan ekosistem yang memadai. Munculnya generasi desainer muslim muda Indonesia, yang ditandai dengan meroketnya nama Dian Pelangi, Ria Miranda, Jenahara dan beberapa nama lainnya (yang sekaligus menjadi top digital influencers), sedikit banyak ditopang oleh momentum yang tepat, yaitu the rise of hijabers di Indonesia. Sebuah momen yang rasanya tidak mungkin terulang. 

Ini menimbulkan banyak kekhawatiran tentang regenerasi desainer muslim Indonesia, karena untuk menjadi berkembang dan maju, sebuah industri perlu keberlanjutan -sustainability- yang mensyaratkan -salah satunya- adanya regenerasi. Karena perkembangan fashion Indonesia tidak bisa bergantung dengan momentum. Industri fashion tidak boleh terjebak pada masa 'bulan madu', yang salah satu dampaknya adalah para desainer baru yang tidak akan bisa menyeruak dan bersaing di pasar fashion muslim. 

Koleksi Putri Mardika R, salah satu lulusan batch 2 IFI

Padahal Indonesia secara internasional sudah diakui sebagai pusat tren fashion muslim, dengan para desainer muslim sebagai ambassador-nya yang telah memperkenalkan dan mempopulerkan fashion ini ke seluruh dunia. Hal ini seharusnya ditunjang dengan kemampuan industri fashion kita untuk bisa menjadi pusat referensi busana muslim, untuk bisa menunjukkan apa dan bagaimana fashion yang islami, yang membuatnya berbeda.

Ini salah satunya yang mendorong Irna Mutiara, Nuniek Mawardi dan Deden Siswanto untuk mendirikan Islamic Fashion Institute (IFI) pada 2016 lalu. Ketiganya merupakan desainer senior, kompeten dan diakui di bidangnya. Irna Mutiara bahkan menjadi salah satu pelopor dan nama kunci dalam perkembangan fashion muslim Indonesia, sejak tahun 2006. 

Para founders ini ingin membagi ilmu, kompetensi dan pengalaman dalam sebuah lembaga pendidikan yang terstruktur dan tersistematisasi, untuk melahirkan desainer-desainer muda yang kompeten dalam fashion islami. Regenerasi adalah kata kuncinya. IFI akan mengisi dan melengkapi ekosistem mode ini, dari sisi akademis sekaligus praktis, yang bisa menjadi rujukan dan referensi tentang fashion islami. 

Para founders dan pengajar yang sebagian besar adalah praktisi dan pelaku dalam industri fashion, yang telah memiliki pengalaman dan jaringan ke berbagai pihak (akademisi, business, community & government) menjadikan institusi ini tidak sebatas lembaga pendidikan saja, tetapi juga menjadi 'arena' langsung bagi para siswanya untuk berkarir dan berkiprah di industri fashion muslim, baik sebagai desainer, pebisnis, dan praktisi fashion lainnya. 

IFI merupakan institusi pendidikan mode Islami pertama di Indonesia, dengan kurikulum berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang secara spesifik disesuaikan dengan kaidah-kaidah Islam dalam busana muslim. Para siswa tidak hanya belajar tentang fashion saja, tapi juga penerapannya secara islami dalam segala ruang lingkupnya. 

IFI berkomitmen untuk melahirkan lulusan yang santun dalam pergaulan, beretika dalam berbisnis, jujur dalam berkarya, menghargai hak cipta, dan menjalankan ukhuwah Islamiyah. Hingga kini IFI memiliki lebih dari 100 siswa dan telah melahirkan 2 angkatan kelulusan. Yang terbaru adalah lulusan angkatan ke-2 sebanyak 6 orang, yang ditandai dengan Graduation Show pada hari Selasa, 5 Desember lalu di Click Square, Bandung. 

Keenam lulusan tersebut adalah Naurah Putri Suratman, Putri Mardika Ruliastuti, Ai Sulistiani, Nisrin Rizkiah Basalamah, Ike Sulaeman dan Tahani Efamoris. Para lulusan ini menampilkan koleksi istimewa yang menyiratkan sebuah optimisme terhadap fashion muslim di Indonesia, dan menjanjikan sebuah regenerasi yang bisa menggerakkan industri ini. Nantikan ulasan koleksi selengkapnya di modest.id segera. 


See also:
-- #StrengthenLocalModest VIVIZUBEDI Perluas Pasar Ekspor Fashion Muslim -- 10 Langkah RiaMiranda -- Chenille: Bringing Colorful Prints to Modest Fashion -- JFW 2017; Ultrasuede Creates Extraordinary Look --

Tags

please login to comment.

RELATED ARTICLES

Penjiplakan, Tantangan Besar Bisnis Busana Muslim

Penjiplakan, Tantangan Besar Bisnis Busana Muslim

Penjiplakan, dengan skala dan intensitasnya kini adalah ancaman besar bagi industri fashion muslim Indonesia yang bahkan belum sampai pada tahap matang ini.

READ MORE
Thrifting Pakaian Bekas Impor Bisa Mengancam Industri Fashion Lokal

Thrifting Pakaian Bekas Impor Bisa Mengancam Industri Fashion Lokal

Thrift fashion diklaim sejalan dengan sustainable fashion, juga meredam dampak negatif fast fashion. Tetapi, faktanya (di Indonesia) apakah demikian?

READ MORE