Aidijuma; Modernize the Whole Way of Selling Scarf

Aidijuma; Modernize the Whole Way of Selling Scarf

Bagi yang belum kenal, Aidijuma adalah brand scarf asal Malaysia, dengan produk andalannya Bawal Scarf. Bawal scarf adalah istilah malaysia untuk kerudung (bahasa mereka, tudong) segiempat/kotak. Dan Aidijuma akhir-akhir ini menjadi pembicaraan banyak orang, terutama dalam bisnis retail online, karena pencapaiannya yang dianggap fenomenal. Aidijuma menjadi perusahaan retail dan merek scarf dengan penjualan tertinggi di dunia, pada usianya yang belum genap 4 tahun (Aidijuma berdiri pada tahun 2012), berdasarkan data dari IFDC -Islamic Fashion Design Council. 

Sebuah fenomena yang unik untuk diulas. Dengan penjualan yang sangat agresif dan masif baik melalui channel offline store di seluruh Malaysia dan Brunei, serta online store yang cakupannya merambah ke seluruh dunia. Aidijuma pada tahun ini membidik Indonesia, tentu saja karena negara kita mempunyai jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, jumlah hijabers yang pasti juga tertinggi di dunia. 


Datin Norjuma, pendiri dan CEO Aidijuma, sengaja hadir di dua event muslim fashion besar di Indonesia, Muslim Fashion Festival dan Indonesia Islamic Fesyen & Produk 2016 untuk memperkenalkan Aidijuma kepada pasar Indonesia, sekaligus memulai 'invasi'nya. Pada kesempatan ini pula, kami berkesempatan untuk mengulik langsung apa yang ada di balik Aidijuma sehingga bisa menjadi 'fenomena' dunia. 



Bila kita melihat website atau sosial media Aidijuma, praktis yang akan terlihat dominan adalah deretan printed scarf, yang merupakan produk utama Aidijuma. Saat melihat produk-produknya secara langsung, bisa dibilang, tidak ada yang istimewa. Kerudung segiempat bermotif dengan bahan voal atau paris, dengan motif yang sangat beraneka ragam mulai dari floral, geometris, abstrak hingga motif kartun. Produk sejenis sudah berlimpah di pasar Indonesia. Memang ada produk yang merupakan ciri khas Aidijuma dan sudah dipatenkan, yaitu kerudung dengan dua sisi motif yang berbeda. (seperti kain pagi sore, di Indonesia).


Lantas apa yang membuat bisnis Aidijuma berkembang begitu pesat dan berhasil mencatat penjualan yang begitu fantastis? Datin Norjuma mengatakan, 'we modernize the whole way of selling scarf'.

Terlalu ramai orang menjual kerudung, sebagai pelengkap. Jadi menjual baju muslim sekalian kerudung, atau kerudung sebagai aksesoris wajib pada label fashion. Masih jarang yang mengemas kerudung as a brand. Ada, tapi skalanya kecil. Kita sangat straightforward, Aidijuma is bawal scarf, Aidijuma adalah kerudung segiempat. Ini menjadi outstanding product yang sangat melekat di masyarakat. Bahkan kita tidak menjual inner/dalaman. Bilapun kita menjual selain kerudung, itu sudah lini diluar Aidijuma. 

Lebih lanjut Datin mengatakan, "jarang sekali orang mengemas kerudung sebagai brand yang serius, jadi kita coba untuk ini. Our business model is modernize the way people buy scarf. Jadi kita membuat channel penjualan semenarik mungkin, dan seberagam mungkin. Kita punya online store yang sudah establishedconcept store, kemudian ada mobile store, dan venture store yang semua tersebar dimana-mana."

Bagi Datin Norjuma, kerudung yang terletak di kepala justru merupakan produk utama muslimah yang berhijab. Ini yang membuatnya yakin bahwa kerudung sebagai komoditas yang sangat mungkin untuk diolah dan menjadi besar. Aidijuma mengemas kerudung seperti kebutuhan harian, sehingga orang selalu 'mudah' untuk membeli kerudung, tidak seperti pakaian yang butuh banyak pertimbangan. Dari segi harga, Aidijuma juga mematok harga sangat terjangkau untuk tiap item kerudungnya, mulai sekitar 70 ribu hingga dibawah 200 ribu rupiah. 



Aidijuma memproduksi seluruh kerudungnya di China, yang memang negara produsen scarf dan baju muslim terbesar di dunia. Kita bisa lihat produk scarf buatan China yang membanjiri pasar Indonesia, ternyata ini juga berlaku di negara manapun. Secara kualitas, scarf buatan China sama saja dimana-mana. Menyadari hal tersebut, Aidijuma serius dalam membuat desain motif scarf, dan siklus produknya pun sangat cepat, sehingga satu motif tidak akan bertahan lama.


Dengan 'modal' scarf ini, nama Aidijuma telah dikenal di berbagai negara, dan mengikuti beberapa event internasional, seperti Istanbul Modest Fashion Week. Aidijuma juga sedang dalam proses untuk membuka store di London. Untuk memasuki pasar Indonesia, Datin Norjuma mengakui ini akan menjadi hal yang tidak mudah. "Honestly I'm nervous, karena sudah begitu banyak jenis tudung di Indonesia. Tapi kita sudah riset dan meneliti pasar Indonesia, justru kerudung motif seperti ini, yang di branding, masih sangat sedikit. Kita membawa konsep bawal scarf yang printed dan 2 sisi, jadi 1 kerudung bisa dipakai untuk 2 motif. Style hijabersnya pun kebanyakan sudah advance, dan sophisticated, tidak seperti Malaysia yang konservatif. So i'm coming with back to simple style. Tetapi kerudung segiempat basic seperti ini pun bisa dipakai dengan berbagai cara, yang kita sebut 'twist and wear'. Ini tagline kita untuk styling bawal scarf, yaitu kita bisa memakai kerudung dengan twist yang beragam, hasilnya pun berbeda-beda."


Well, saya sangat penasaran bagaimana nanti Aidijuma akan bersaing di pasar Indonesia untuk segmen kerudung. Rencananya, Aidijuma akan membuka beberapa store di Jakarta terlebih dahulu, yang tempatnya masih dirahasiakan, hingga akhir tahun 2016 ini. 


See also:
-- Ma.na Veil, Kekuatan Unsur Craftmanship Pada Sehelai Kerudung -- Aidijuma; Modernize the Whole Way of Selling Scarf --

Tags

please login to comment.

RELATED ARTICLES

Ma.na Veil, Kekuatan Unsur Craftmanship Pada Sehelai Kerudung

Ma.na Veil, Kekuatan Unsur Craftmanship Pada Sehelai Kerudung

ma.na, wajah baru dari label kerudung dan aksesori hijab yang sebelumnya bernama Square. Let's unveil their first collection.

READ MORE
Bokitta: Pin-less Wrapped Hijabs for Modern Muslim Women

Bokitta: Pin-less Wrapped Hijabs for Modern Muslim Women

READ MORE